Sebuah seruan adzan berkumandang dari pengeras suara bertengger di kap mobil, dan setelah itu ratusan jamaah Muslim menyentuhkan dahi mereka ke tanah dalam rangkaian ibadah shalat, membentuk lautan punggung di jalanan kota.
Adegan ini terjadi tidak di pusat kota Kairo, tapi di jalanan pasar yang sibuk di Paris utara, beberapa langkah dari Sacre Coeur basilika. Untuk penduduk setempat, hal itu berita lama: bahkan sebagain dari umat Islam melaksanakan shalat di jalan pada waktu hujan atau bersinarnya matahari, selama beberapa dekade.
Namun bagi Marine Le Pen - yang mengambil alih dari ayahnya akhir pekan ini sebagai pemimpin partai sayap kanan Front Nasional - hal itu adalah bukti bahwa umat Muslim mengambil alih Perancis dan menjadi kekuatan pendudukan, menurut pernyataannya yang ia buat pada bulan lalu.
Komentarnya menyebabkan kehebohan saat dia menyebut umat Islam yang shalat dijalanan telah mengancam nilai-nilai negara sekuler di mana adanya kecemasan kaum muslim mengambil alih peran dalam masyarakat Perancis.
Kembali di jalanan pasar, sholat Jumat berakhir secepat mereka mulai, dengan ratusan jamaah mengemasi tikar mereka dan kembali ke bekerja.
Banyak dari mereka mengatakan kepada Reuters bahwa tidak banyak pilihan diberikan, mereka hanya akan menghindari luar ruangan pada musim dingin dan hujan ketika shalat. Masalahnya adalah bahwa gudang-yang difungsi alihkan menjadi sebuah masjid tidak resmi yang disebut al-Fath, terlalu kecil untuk menampung mereka semua.
"Ini dingin dan kotor. Apakah Anda pikir kami akan di sini shalat jika kami punya pilihan? Semua tetangga datang dan shalat di jalan karena tidak ada ruang yang cukup di dalam, itu saja," kata Mohammed Delmi, 62 tahun.
Adegan tersebut direplikasi di sebuah ruangan dimana lusinan umat Islam di Perancis melaksanakan shalat di luar karena ruang shalat terlalu penuh.
"Tidak ada ruangan yang cukup untuk mereka," kata Hakim El Karoui, kepala Institut Kebudayaan Islam, yang memberikan konsultasi kepada Kota Paris pada masalah iman. "Tidak heran ada suatu overflow."
Kampanye dalam mendukung pembangunan masjid baru mengatakan mereka menghadapi dua kesulitan utama, dimulai dengan pembiayaan: masjid di Perancis harus didanai secara pribadi karena pembatasan terhadap menggunakan uang rakyat untuk tujuan agama.
Isu kedua penentangan publik, yang telah tumbuh semakin tidak toleran terhadap simbol-simbol Islam. Penelitian oleh jajak suara IFOP menunjukkan bahwa dukungan untuk membangun mesjid turun menjadi 20 persen pada 2009 dari 31 persen pada tahun 2000.
"Kami berjalan di atas kulit telur di sini," kata Moussa Niambele, pimpinan kelompok yang mencari ruang shalat baru dekat masjid Al Fath. "Ada masalah menara di Swiss dan mereka tidak ingin mengimpor masalah seperti itu ke Perancis."
Di Paris, di mana populasi Muslim lebih padat daripada tempat lain di Perancis, hanya ada satu masjid resmi, La Grande Mosquee de Paris, terletak di taman jauh dari lingkungan imigran.
El Karoui mengatakan bahwa masalah ini telah tumbuh lebih akut sejak penutupan sebuah masjid besar di Paris utara dua tahun lalu yang akhirnya memaksa umat Muslim untuk shalat di garasi yang diubah menjadi ruangan shalat.
//eramuslim.com
No comments:
Post a Comment